Desain rancangan pembangkit listrik tenaga nuklir Indonesia minesafety.id |
Di tengah upaya Indonesia untuk beralih menuju energi bersih, Dewan Energi Nasional (DEN) mengungkapkan kabar menarik. Sebanyak 29 lokasi di berbagai penjuru Indonesia telah diidentifikasi sebagai area potensial untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Target ambisius telah dipatok: pembangkit ini diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2032.
"Lokasi-lokasi tersebut telah dipetakan dengan cermat sesuai kriteria yang ketat," ujar Anggota DEN Agus Puji Prasetyono dalam acara Anugerah DEN 2024 di Jakarta, Selasa (12/12/2024). Kriteria tersebut meliputi lokasi yang bebas dari potensi tsunami, jauh dari gunung berapi aktif, serta berjarak minimal 5 kilometer dari garis sesar gempa.
29 Lokasi Potensial PLTN
Berikut daftar 29 lokasi potensial yang disebutkan oleh Agus Puji Prasetyono:
Pangkalan Susu, Sumatera Utara
Tanjung Balai, Sumatera Utara
Batam, Kepulauan Riau
Bintan, Kepulauan Riau
Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung
Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung
Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung
Bojanegara, Banten
Muria, Jawa Tengah
Gerokgak, Bali
Sambas, Kalimantan Barat
Pulau Semesa, Kalimantan Barat
Pantai Gosong, Kalimantan Barat
Muara Pawan, Kalimantan Barat
Pagarantimur, Kalimantan Barat
Keramat Jaya, Kalimantan Barat
Kendawangan, Kalimantan Barat
Airhitam, Kalimantan Barat
Kualajelai, Kalimantan Barat
Sangatta, Kalimantan Timur
Samboja, Kalimantan Timur
Babulu Laut, Kalimantan Timur
Morowali, Sulawesi Tengah
Muna, Sulawesi Tenggara
Toari, Sulawesi Tenggara
Tanjung Kobul, Maluku
Teluk Bintuni, Papua Barat
Timika, Papua Tengah
Merauke, Papua Selatan
Mengapa Indonesia Membutuhkan PLTN?
Agus Puji Prasetyono mengungkapkan bahwa pengembangan PLTN merupakan bagian dari strategi besar Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. PLTN disebut-sebut sebagai elemen penting dalam penyeimbang sistem kelistrikan nasional, mengingat kebutuhan energi yang diproyeksikan akan meningkat pesat pada tahun 2040.
"Tanpa nuklir, tidak akan bisa menumbuhkan ekonomi kita sebesar 8 persen," tegas Agus. Menurutnya, kehadiran PLTN tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan energi bersih, tetapi juga mendukung rencana pembangunan nasional dan kebijakan energi nasional.
Teknologi dan Sumber Daya Manusia
Mewujudkan ambisi ini tentu tidak mudah. Pembangunan PLTN membutuhkan penguatan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten serta pemilihan skema teknologi yang tepat. Beberapa opsi teknologi yang dipertimbangkan termasuk reaktor modular kecil (Small Modular Reactor/SMR), reaktor berpendingin gas suhu tinggi (High Temperature Gas-cooled Reactor/HTGR), serta reaktor berbasis torium.
Pemerintah juga telah mencantumkan target pengoperasian fasilitas PLTN on-grid pertama dengan kapasitas 250 megawatt pada tahun 2032. Target ini selaras dengan draf revisi Peraturan Pemerintah (PP) tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang telah disepakati.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski memiliki potensi besar, pengembangan PLTN juga menghadapi berbagai tantangan, mulai dari aspek keselamatan nuklir hingga penerimaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan edukasi yang cukup mengenai teknologi nuklir agar stigma negatif yang selama ini melekat dapat terkikis.
Di sisi lain, pemerintah harus memastikan transparansi, keamanan, serta pengelolaan limbah nuklir secara bertanggung jawab. Dengan pengelolaan yang tepat, proyek ini dapat memperkuat ketahanan energi nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen sesuai target nasional.
Pembangunan PLTN di Indonesia adalah babak baru dalam perjalanan transisi energi nasional. Dengan 29 lokasi potensial yang telah dipetakan, peluang besar terbuka lebar. Namun, kesuksesan proyek ini membutuhkan sinergi dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Langkah ini diharapkan membawa Indonesia menuju era energi bersih, mandiri, dan berkelanjutan.