Tfz9BSAlTfr7TSGlTUM5TfAlGA==

Joko Tri Raharjo: Gara-Gara Gathot



Kisah bermula dari Kampung Manisrenggo. Sebuah desa berjarak 7 km ke arah utara dari Candi Prambanan. Persis berada di lereng gunung Merapi. Lasini sudah merebahkan diri. Di sampingnya ada Ibu Broto, bidan desa.

"Naik....turun. Naiiiik. Turunnnn." Bu Broto, dukun beranak memberi instruksi.

Napas Lasini pun ikut naik turun teratur dalam bimbingan Bu Broto. Tapi bayi belum juga nongol-nongol. Proses kelahiran terasa sulit.

Disaat yang genting itu, datanglah Mbah Yoso Sumarto, sang Kakek. Ia membawa makanan yang disebut Gathot. Alhamdulillah setelah memakan Gathot, hasill bumi Merapi tersebut, jabang bayi berhasil lahir dengan mudah.

Beda tipis antara Gatot dengan Gathot. Gatotkaca adalah tokoh Mahabrata yang kuat perkasa, namun Gathot adalah makanan pengganti nasi yang dibuat dari ketela pohon atau singkong. Sang suami—Sumardi—tersenyum sumringah. Begitu pula Lasini. Sempurnalah mereka sebagai suami dan istri.

"Tak kasih namanya Joko," bisik Sumardi.

Dia bekerja sebagai pegawai Tata Usaha (TU) di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), sebuah universitas paling keren di negeri ini.

Bayi kecil itu tampak sehat dan kuat. Bola matanya jernih, berkilat-kilat. Agaknya energi Gathot sudah mengalir ke tubuh si kecil. Tangis perdananya pun memecah kesunyian. Sumardi tidak mau bermalas-malasan. Meski ada gaji, tapi setiap pulang kerja ia langsung berangkat ke sawah. Temuan bidang pertanian yang digali di kampus ia terapkan.

Lasini pun begitu. Bagaikan bulan mengelilingi bumi. Ia mengimbangi sang suami dengan rajin berdagang ke pasar. Menjual hasil panen untuk menambah pundi-pundi keluarga. Gathot tetap juga diproduksi agar si kecil berotot kawat bertulang besi. Sehat! Dari dua sumber keuangan itulah Sumardi-Lasini mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya. Sesuai dengan cita-cita mulia setiap anak. Termasuk Joko Tri Raharjo.

***

Kisah hidup kedua orang tua saya ini menjadi inspirasi. Saya sangat merasakan mereka bekerja banting tulang untuk membiayai hidup dan sekolah kami. Saat menghadapi ujian sekolah atau ujian pekerjaan Ibu dan Ayah selalu berdoa dan puasa untuk saya. Saya teringat setiap kali mengenang wafatnya Ayah dan Ibunda.

Beranjak dari keteladanan Ayah-bunda seperti itu, jodoh pun tidak jauh-jauh perawakannya. Ibarat buah apel jatuh tidak jauh dari pohonnya. Air cucuran atap, akhirnya jatuh ke pelimbahan juga.

Saya mendapatkan "satelit" rembulan yang luar biasa cahayanya, yaitu sang istri yang memberikan inspirasi, terutama saat akan pindah pekerjaan. Ia salat istikharah. Minta petunjuk kepada Allah manakah manfaat yang lebih baik untuk saya dan kami sekeluarga.

Begitu juga dalam menyemangati belajar. Padahal saat menikah lulus STM masih terasa remaja-belia, kini berhasil menyusul istri Strata Dua. Bahkan kebut menyelesaikan program doktoral. Istri saya adalah inspirasi. Membuka album kenangan keluarga selalu memberi kekuatan baru. Hidangan Gathot jangan sampai lupa.

***

Jabatan pertama di dunia tambang adalah sebagai Miner Underground PT Bukit Sulah Perdana (BSP), Lampung, tahun 1989.  Setahun kemudian hijrah ke PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Walaupun dimulai dari tukang cuci mobil, tak mengapa. Terpenting halal dan karir naik ke Assistant Surveyor, Surveyor, Chief Surveyor dan Planning Engineer. Balapan karir itu terbentang sepanjang 15 tahun. Lumayan panjang.

Sejak tahun 2005  hingga kini berkhidmat di PT Putra Perkasa Abadi (PPA) sebagai Project Manager, Mining Manager dan Direktur Operasi. Tahun 2018 kami merilis PT Antareja Mahada Makmur (AMM) dan saya sebagai Direktur Utama hingga sekarang. Di PPA saya mengurus departemen produksi, departemen engineering dan departemen SHE mengurus 6.500 orang pekerja.

Pertama kali membangun PPA dan bekerja di PKP2B Kadya Caraka Mulia (KCM), kami bekerja di bekas tambang ilegal. Bekerja sama dengan penambang-penambang lokal sambil memperbaiki lingkungan dengan reklamasi sistem pot. Model ini dinyatakan berhasil karena dapat menaikkan taraf kehidupan masyarakat  dengan cara menambang secara baik dan efisien.

Keputusan penting yang berdampak besar di perusahaan adalah saat saya mengusulkan kepada shareholder berupa insentif bagi hasil jika target keuntungan perusahaan tercapai dan kepemilikan saham untuk karyawan.  Hal ini menjadikan semangat dan kepuasan karyawan, sehingga  perusahaan terus berkembang sampai sekarang.

Disertasi doktoral saya juga mengangkat perihal tersebut itu. Karena menurut saya Indonesia adalah eksportir tambang terbesar dunia. Total produksi batubara saja pada tahun 2018 sebesar 528 juta ton. Dari jumlah itu, 320 juta ton diproduksi perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kinerja perusahaan tambang batubara di Indonesia yang sudah tbk di periode 2014-2018 terdapat gap yang sangat tinggi. Gap kinerja ini diduga salah satunya dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan di perusahaan. Tujuannya untuk menganalisis pengaruh breakthrough leadership terhadap kinerja organisasi dengan motivasi dan kepuasan karyawan sebagai variabel intervening di perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI. Respondennya 12 perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI. Saya menggunakan metode kuantitatif dengan 113 orang responden pada posisi supervisor hingga direktur.

Data dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM – AMOS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa breakthrough leadership mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap employee motivation and employee satisfaction.

***

Saya pernah bekerja di Padang, Sumatera Barat. Masyarakatnya agamis dan Santun.  kebanyakan justru yang putri-putri. Mungkin yang putra-putra sibuk merantau dan berdagang. "Di mana ada perempatan, maka di sana pasti ada rumah makan Padang..."

Dulu, ketika bekerja di Tanggamus Lampung, kriminalitas tinggi sekali. Saat bertamu ke rumah teman, baru saja kita tinggal salat, eih sepatu langsung raib. copet berkeliaran di bis-bis, khususnya antara Rajabasa ke Talang Padang. Kolega saya pun sempat menjadi korban.

Sebaliknya, manakala bekerja di Tanah Grogot, Kalimantan Timur, masyarakatnya agamis dan santun. Padahal di Jawa santer gosip beredar bahwa Orang Dayak itu "makan orang". Dasar propaganda untuk memecah belah bangsa!

Di Banjarbaru Kalimantan Selatan juga demikian. Orang Banjar keras dalam menegakkan kebenaran. Dalam kondisi religius-keras itu saya yang dari kaki Gunung Merapi ini diangkat menjadi anak ragil bin bungsu dari keluarga Haji Jatim di KM 71.

 Saat mengawali pembukaan project tambang batubara baru di PKP2B KCM tahun 2005. Kami sempat disambut didemo di daerah Sungkai, Kalsel. Tambang batubara citranya jadi negatif di sini, dianggap merusak lingkungan.  Perusahaan dianggap hanya mengeruk hasil tambang di bawa keluar—sementara daerah ditinggal miskin dan gersang.

Saya berikan penjelasan bahwa kehadiran kami adalah membantu investor mengembangkan modalnya, mensejahterakan karyawan dan memakmurkan masyarakat di sekitarnya. 

"Kepada bapak-bapak kami berikan pilihan: kehadiran kami diterima atau tidak oleh masyarakat? Jika tidak diterima, maka kami akan angkat koper dari sini. Pulang kembali ke Yogyakarta..." Begitulah pidato saya dengan toa. Alhamdulillah mereka menerima. Koper pun tidak jadi diangkut pulang. 

Saat mulai membuka tambang di daerah terpencil, terluar dan dan tertinggal atau 3T. Dalam perjalanan penambangan, secara ekonomi masyarakat bisa sejahtera. Fasilitas umumnya dilengkapi. Mulai dari sekolah, Rumah Sakit, air bersih, Gedung Olah Raga bahkan sarana rekreasi juga. Kami datang dan pulang meninggalkan kemandirian masyarakat di 3T. 

Begitulah alasan saya terus bekerja di pertambangan. Selain untuk ibadah kepada Allah—Tuhan Yang Maha Esa—juga karena pengalaman, pendidikan dan pelatihan selama bertahun-tahun bahwa pertambangan bisa dilakukan dengan praktik yang terbaik. 

Energi Gatot Kaca pun keluar sebagai dialektika Mahabarata. Dimana saat saya melihat lingkungan pertambangan yang rusak, ingin rasanya turut andil memperbaikinya. Saat melihat kemiskinan di tengah masyarakat, ingin ikut mengentaskannya. Misalnya yang saya lihat di Kupang sangat mencolok mata. Mata ini menangis saat membaca dan melihat tokoh-tokoh yang sukses dalam perjuangannya membangun tanah air - Indonesia tercinta.*

Catatan dari Redaksi Mine Safeetu: Cerita ini telah dipublikasikan di buku yang berjudul 100 Anak Tambang Indonesia, yaitu buku yang meraih 2 Rekor MURI tahun 2021, terbitan Allsysmedia.

Type above and press Enter to search.