Text dan grafis: Agung Budiarto
HAPIJIRA minggu ini kami coba
mengangkat tentang “Industrial Hygiene” atau dengan kata lain dalam bahasa Indonesia
adalah “Higiene Industri” . Tujuan
kami mengangkat tentang pengertian Higiene Industri ini agar, para pembaca
Hapijira dapat memahami pentingnya apa itu personal higiene, pentingnya
pengelolaan higiene kerja sehingga dapat melakukan usaha untuk mencegah
terjadinya cedera, penyakit akibat kerja serta penularan penyakit serta bisa menerapkan program kesehatan kerja
terkait dengan Higiene Industri mengingat Higiene Industri adalah bagian dari
upaya mencegah penyakit akibat kerja dan upaya pengelolaan bagian K3 dari
Keselamatan Pertambangan.
Istilah dan Definisi dari Higiene Industri dan Lingkungan
Kerja
Higiene Industri:
Ilmu dan seni yang dicurahkan
terhadap identifikasi, evaluasi, dan pengendalian faktor faktor yang berbahaya
berasalkan dari atau berada di dalam lingkungan kerja, yang dapat mengakibatkan
penyakit, gangguan kesehatan, atau ketidaknyamanan yang signifikan, serta
turunnya efisiensi para pekerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Lingkungan Kerja:
segala sesuatu yang ada disekitar
karyawan pada saat bekerja baik fisik maupun nonfisik yang dapat mempengaruhi
karyawan saat bekerja yang meliputi semua ruangan, halaman dan area
sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja.
Pertama – tama kita memahami dulu apa yang dimaksud dengan Personal Higiene, Personal Higiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dampak dari kegiatan fisik seperti banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, dampak lain yang timbul dikarenakan kurangnya kontrol dari Personal Higiene antara lain sepert dampak psikososial, masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Higiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
Personal Higiene pada Mulut dan Gigi
Mulut dan gigi adalah bagian dimana
kuman bisa masuk melalui dari makanan yang kita makan dan dampak dari kuman
yang bersarang pada gigi dan mulut kita bisa menyebabkan gangguan atau masalah
seperti, bau mulut, radang pada daerah gusi, karies atau radang pada gigi,
radang pada daerah mukosa atau rongga mulut, Periodontal disease, gusi yang
mudah berdarah dan bengkak, gastritis, radang pada lidah, cheilosis, bibir yang
pecah-pecah, dll
Langkah personal higiene yang harus
kita lakukan dalam pencegahan masalah mulut dan gusi adalah dengan selalu rajin
membersihkan mulut dengan rutin menyikat gigi dan lidah, melaksanakan kebersihan rongga mulut, gigi,
dan lidah untuk mempertahankan kebersihan dan kesehatan mulut, menilai adanya
kemampuan untuk mempertahankan kebersihan gigi dan mulut serta kemampuan untuk
mempertahankan status nutrisi. Hal ini ditandai dengan keadaan mulut dan gigi
yang bersih, tidak ada tanda radang, dan intake yang kuat.
Personal Higiene Pada Kulit
Kulit merupakan Merupakan indera
perasa yang utama dan kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang
dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan
perawatan yang kuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Masalah yang sering
terjadi pada bagian kulit adalah seperti ; Perubahan jaringan kulit (jaringan
rusak/mati), dermatitis, edema,dll. Langkah yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya masalah pada kulit, kita agar selalu rutin membersihkan kulit dan
menghilangkan bau badan melalui mandi setidaknya 2 kali sehari, Mempertahankan
kebersihan perawatan kulit secara efektif, dan yang tidak kalah penting adalah
Menggunakan pelindung/pelembab apabila berada di lingkungan kerja yang pajanan
sinar UV nya tinggi (penggunaan sunblock).
Personal Higiene Pada Tangan dan Kuku
Menjaga kebersihan tangan dan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui tangan dan kuku (dari tempat kotor ke mulut, mata atau hidung) dikarenakan indera peraba adalah bagian yang paling sensitif dan Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu Burung atau yang baru baru ini terjadi seperti wabah covid. Langkah Personal Higiene pada tangan dan kuku adalah selalu lakukan perilaku cuci tangan pakai sabun setiap akan/atau sebelum -sesudah makan, potong kuku secara teratur.
Personal Higiene Pada Kaki
Kaki adalah bagian tubuh yang
sering kita lupakan, Kaki yang berbau berlebihan merupakan tanda pertumbuhan
kuman dan bakteri yang berlebihan di sela jari kaki atau kuku, masalah yang
terjadi dikarenakan oleh Kuku pada kaki yang tidak terawat yang memungkinkan
dapat mengakibatkan penyakit ingrown nail yaitu kuku tidak tumbuh dengan benar
sehingga akan dirasakan sakit pada daerah tersebut, Ram’s Horn Nail atau
Gangguan pada kuku yang ditandai dengan pertumbuhan yang lambat disertai
kerusakan dasar kuku atau infeksi, Bau Tak Sedap Reaksi mikroorganisme yang
menyebabkan bau tidak sedap dan Paronychia Radang di sekitar jaringan kuku.
Langkah atau tindakan yang harus kita perhatikan adalah dengan senantiasa
Lakukan perilaku cuci kaki secara rutin, serta memelihara dan memotong kuku
jika kuku sudah dirasa panjang.
Paparan Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang
tidak dikehendaki karena tidak sesuai konteks ruang dan waktu sehingga
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia, Kebisingan
secara ilmiah adalah sejenis vibrasi atau energi yang dikonduksikan dalam media
udara, cairan, padatan, tidak tampak, dan dapat memasuki telinga serta
menimbulkan sensasi pada alat dengar. Manusia dapat mendengar suara pada
tekanan antara 0,0002 sampai 2000 dynes/sq cm. Atau dengan kata lain manusia
mampu mendengar suara tanpa merasakan rasa sakit berada <120 dBA (tidak
bersifat terus menerus), dB mempunyai tiga skala, yaitu A, B, dan C. Skala A
lebih peka terhadap suara pada frekuensi tinggi, dan merupakan respons yang
paling cocok dengan kapasitas dengan manusia sedangkan Nilai ambang batas
kebisingan lingkungan kerja adalah sebesar 85 dBA. Alat pelindung diri
diperlukan apabila bising di lingkungan kerja telah melampaui nilai ambang
batas.
Efek dari bising di
kategorikan, Efek psikologis seperti terkejut, terganggu, tidak dapat
konsentrasi, tidur dan relaksasi, gangguan komunikasi seperti menurunnya
kinerja dan keamanan, Efek fisiologis seperti naiknya tekanan darah dan detak
jantung, mengurangi ketajaman pendengaran, sakit telinga, mual, kendali otot
terganggu, Ketulian, berkurangnya ketajaman pendengaran di banding
terhadap orang normal (15db)/golongan usÃa, ketulian temporer dan atau ketulian
permanen.
Efek dari bising
Agar dapat melakukan evaluasi
kebisingan, perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran tersebut dilakukan melalui:
untuk mengukur overall level perlu digunakan “sound level meter”, Untuk
mengukur kebisingan pada setiap frekuensi, digunakan “sound level meter” yang
dilengkapi dengan frekuensi analyser, Penentuan lokasi pengukuran sehingga
dapat disebut mewakili kebisingan ruang kerja (overall level), alat yang
dipakai adalah sound level meter, satuan dbA, Penentuan eksposur kebisingan
yang diterima pekerja. Perlu dilakukan selama setiap pekerja bekerja dalam
ruang dan waktu. Alat yang digunakan adalah “Noise dosimeter” dengan satuan
dbA.
Getaran
Penyebab getaran dibedakan dalam 2
jenis yaitu:
- Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia
- Getaran seismik adalah getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alam dan kegiatan manusia
Getaran (vibration) adalah suatu
faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh
tubuh turut bergetar (oscillation) akibat getaran peralatan mekanis yang
dipergunakan dalam tempat kerja, Getaran umum (Whole Body Vibration), Getaran
ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh, dihantarkan melalui bagian tubuh tenaga
kerja yang menopang seluruh tubuh, Getaran setempat (Hand Arm Vibration),
Getaran yang merambat melalui tangan atau lengan dari operator yang bergetar.
NAB getaran berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51/1999.
Efek dari getaran adalah terjadinya efek vaskuler yakni Vaskuler pembuluh darah diluar pembuluh koroner meliputi adalah pembuluh arteri, vena, dan juga limfe. Di dalam tubuh manusia terdapat pembuluh darah yang tersebar ke seluruh bagian tubuh. Serta efek neurologik Gangguan neurologi adalah penyakit pada sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
Pengukuran Getaran
Pengukuran pada getaran biasanya
menggunakan vibration meter, Vibration meter biasanya bentuknya kecil dan
ringan sehingga mudah dibawa dan dioperasikan dengan battery serta dapat
mengambil data getaran pada suatu mesin dengan cepat, Pada umumnya terdiri dari
sebuah probe, kabel dan meter untuk menampilkan harga getaran. Alat ini juga
dilengkapi dengan switch selector untuk memilih parameter getaran yang akan
diukur.
Pengendalian Getaran
Pengendalian dari sumber :
Engineering Control seperti :
- Penggunaan peralatan kerja yang rendah intensitas
getarannya (dilengkapi dengan damping/peredam)
- Menambah atau menyisipkan damping di antara tangan dan alat, misalnya membalut pegangan alat dengan
karet
- Memelihara atau merawat peralatan dengan baik.
Dengan mengganti bagian bagian yang aus atau memberikan pelumasan
- Meletakan peralatan dengan teratur. Alat yang
diletakan diatas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya
- Menggunakan remote control. Tenaga kerja tidak
terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh.
Pengendalian Administratif
Dengan melakukan rotasi pekerjaan
sehingga paparan bisa di kontrol serta mengurangi jam kerja.
Pencahayaan
Menurut Kepmenkes no. 1405 tahun 2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Terdapat 5 sistem pencahayaan di
ruangan yaitu :
1. Sistem
pencahayaan langsung (direct lighting).
2. Pencahayaan semi
langsung (semi direct lighting)
3. Sistem
pencahayaan difus (general diffus lighting)
4. Sistem
pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
5. Sistem
pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Elemen yang paling penting dalam
perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah reflector. Reflektor berdampak
pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang diterangi dan juga pola
distribusi cahayanya, Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan
tugas yang bersifat visual, Pencahayaan minimal ruang kerja sebesar 100 lux
menurut KepMenKes.1405/2002.
Penerangan yang tidak didesain dengan
baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja.
Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan
Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja, Kelelahan mental,
Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata, Kerusakan indra
mata dan lain-lain. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan
bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk: Kehilangan
produktivitas, Kualitas kerja rendah, Banyak terjadi kesalahan dalam melakukan
pekerjaan sampai mengakibatkan kecelakaan.
Pengukuran Pencahayaan
Menurut SNI 7062 2019 tentang
Pengukuran Intensitas Pencahayaan Di Tempat Kerja, bahwa pengukuran intensitas
penerangan di tempat kerja menggunakan alat luxmeter. Prosedur kerja pengukuran
intensitas cahaya dalam ruang kerja menurut SNI 16-7062-2019 tentang Pengukuran
Intensitas Penerangan di Tempat Kerja adalah sebagai berikut : Lux Meter
dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi dan menentukan titik
pengukuran, penerangan setempat atau penerangan umum.
Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja
aplikasi penerangan di tempat kerja,
secara umum dapat dilakukan melalui 4 (empat) pendekatan, yaitu:
1. Desain tempat
kerja untuk menghindari masalah penerangan.
2. Identifikasi dan
penilaian problem dan kesulitan penerangan.
3. Penggunaan
pencahayaan alami siang hari
4. Menurut Kepmenkes
no. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, agar pencahayaan
memenuhi persyaratan kesehatan, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut.
a. Pencahayaan alam
maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki
intensitas sesuai dengan peruntukannya
b. Kontras sesuai
dengan kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.
c. Untuk ruang kerja
yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan lampu
neon.
d. Penempatan bola
lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering
dibersihkan.
e.
Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik
segera diganti.
Heat Stress
Heat Stress adalah penumpukan panas tubuh , yang dihasilkan oleh otot-otot pada saat melakukan pekerjaan dalam lingkungan yang panas, Ketika ada penumpukan panas dalam tubuh, pekerja menjadi lemah , lelah dan kurang waspada. Hal ini karena kurang darah, sehingga oksigen mengalir ke otot dan otak. Tiga tanggapan umum terhadap stres panas adalah kenaikan suhu tubuh , denyut jantung dan berkeringat . Penguapan keringat adalah respon utama tubuh untuk menghilangkan panas dari tubuh.
Toleransi stres panas tergantung pada sejumlah faktor pribadi, diantaranya, Kebugaran fisik Aklimatisasi , usia, dehidrasi, obesitas, penggunaan alkohol dan narkoba, Infeksi. Penyakit kronis, Kapasitas kerja
Dalam rangka untuk bertahan hidup seseorang harus mempertahankan suhu tubuh mereka antara 36-40 OC. Di Indonesia mengenai kegiatan kerja di industri yang dapat menimbulkan iklim kerja panas, diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011.
Efek dari Heat stress adalah sebagai berikut:
Heat Cramp:
- Gejala dari penyakit ini adalah rasa nyeri dan
kejang pada kaki, tangan dan abdomen dan banyak mengeluarkan keringat. Hal
ini disebabkan karena ketidak seimbangan cairan dan garam selama melakukan
kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas
- Pajanan panas tinggi yang relatif lama, terutama
bila aktivitas fisik berat
- Kehilangan keringat, (garam & kelembaban)
dari tubuh walaupun diiringi minum yang cukup
- Dapat terjadi Heat exhaustion, Heat Exhaustion
diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau volume darah. Kondisi ini
terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat melebihi dari air
yang diminum selama terkena panas. Gejala yang akan dirasakan penderita adalah
Detak jantung tinggi nafas pendek dan cepat, Suhu tubuh antara 37°C - 40°C,
Pusing, lemas, lelah,Berkeringat banyak, mual, Pandangan kabur, Wajah pucat
cara dalam pertolongan pertama pada heat exhaustion adalah baringkan di
lingkungan yang dingin, minum air dan longgarkan
pakaian.
Gejala
yang akan dirasakan penderita adalah
Kram otot yang menyakitkan (terutama di daerah perut) hal itu bisa diatasi
dengan melakukan Istirahat di daerah yang dingin dan minum air berion (air
asin).
Efek dari Heat stress adalah sebagai berikut :
Heat Stroke, Heat stroke Adalah penyakit gangguan
panas yang mengancam nyawa yang terkait dengan pekerjaan pada kondisi sangat
panas dan lembab. Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan kematian, dikarenakan
oleh pajanan panas yang menyebabkan badan tidak mampu melakukan pendinginan
dengan cukup, Kerja fisik berat/sedang, pada lingkungan dengan suhu ekstrim dan
suhu tubuh meningkat pada tingkat yang fatal.
Gejala yang akan dirasakan penderita adalah, Detak jantung cepat, Wajah
kemerahan/kebiruan, Tidak ada keringat,
menggigil, suhu tubuh tinggi/panas 40oC,
Tidak sadarkan diri, kejang kejang, pingsan, kebingungan/disorientasi. Yang harus
dilakukan jika melihat gejala tersebut
adalah segera terapkan metode pendinginan, Hubungi tim medis/kirim ke
rumah sakit dan lakukan pengompresan.
Pengendalian Heat Stress
Dengan pertimbangan dari beberapa parameter yang ada,
maka dipilih Indeks Suhu Basah atau Wet
Bulb Globe Temperature (WBGT) dan Indek Suhu Bola Basah (ISBB), adapun
pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut;
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia
di Tempat Kerja , yang mana NAB ini
membatasi paparan panas lingkungan kerja 8 jam per-hari terhadap tenaga
kerja dengan mempertimbangkan kategori beban
kerja dan pembagian waktu kerja – istirahat
- Semua faktor yang mempengaruhi sudah
diperhitungkan di dalamnya termasuk (suhu
udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara, radiasi dan tingkat metabolisme)
Sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi maka
diperlukan suatu unit peralatan heat stress monitor.
Pengendalian Heat Stress adalah dengan melakukan
pelatihan dan Pelatihan harus mencakup informasi mengenai, Penyebab , faktor
risiko dan jenis penyakit panas . Ini harus mencakup tanda-tanda dan gejala
penyakit dan tindakan pertolongan pertama yang dibutuhkan, Informasi tentang
bagaimana stres panas mempengaruhi penilaian , mengurangi produktivitas dan
meningkatkan kemungkinan kecelakaan, Pekerja dan pengawas yang bertanggung
jawab dan Pentingnya minum air yang cukup sebelum, selama dan setelah bekerja.
Yang kedua adalah melakukan aklimatisasi, aklimatisasi
adalah kemampuan fisiologis bagi seseorang untuk mengembangkan toleransi/daya
tahan terhadap eksposur panas. Ini biasanya terjadi dalam waktu 5-7 hari
semenjak paparan awal. Untuk mengembangkan level aklimatisasi, NIOSH
merekomendasikan bekerja 20 % dari waktu hari pertama dan meningkatkan waktu
pemaparan sebesar 20% di hari-hari berikutnya, yang ketiga adalah Penggantian
Cairan, Dehidrasi adalah penyebab utama heat stress. Seseorang dapat keringat
hingga 2-3 galon keringat per hari . Tubuh harus mampu mengisi kehilangan
cairan tersebut. Asupan cairan harian pada dasarnya harus sama dengan jumlah
keringat yang hilang . Penggantian cairan harus berkisar 7-8 liter air per
pekerja. pekerja wajib minum 1-2 liter cairan sebelum mulai bekerja dan
paksakan pekerja untuk minum pada setiap istirahat. Minum dalam jumlah kecil/
bertahap setiap 15 menit lebih baik daripada minum banyak sekaligus.
Bagaimana cara menanggulangi bagi pekerja yang
terpapar panas, caranya adalah dengan buddy
steam, Jangan pernah membiarkan seseorang untuk bekerja sendiri dalam
lingkungan yang panas . Gunakan sistem pertemanan di mana karyawan bekerja sama
untuk waspada untuk tanda-tanda peringatan dan gejala stres panas, Gunakan
waktu istirahat untuk minum dan berteduh di tempat yang sejuk/adem, Paramedis
siap sedia apabila dibutuhkan dalam keadaan darurat.
Demikian yang dapat kami sampaikan perihal”Higiene
Industri” semoga bermanfaat, Jangan Lupa “ Mari Hadiri Seminar dan Munas APKPI
Tanggal 28 dan 29 Juni 2024 di Botani Convention Hall, Bogor. Terimakasih