APKPI Safety Sharing Session (S3) |
BOGOR – Ergonomi sebagai bagian integral
dari pengelolaan keselamatan, menjadi perhatian utama dalam dunia kerja.
Pembahasan mengenai ergonomi tak kunjung habis, dan fakta lapangan menunjukkan
bahwa dampak bahaya ergonomi tidak hanya terbatas pada insiden fisik, tetapi
juga berpengaruh pada produktivitas kita.
Demikian diungkapkan oleh Direktur APKPI, Ir. Alwahono, MBA, MOHS saat membuka acara APKPI Safety Sharing Session (S3) Batch LXVII secara daring pada 06 Desember 2023.
“Dalam perspektif keselamatan, dampaknya mencakup kecelakaan dan produktivitas yang signifikan. Ergonomi memainkan peran penting dalam kinerja dan kelelahan, terutama pada pekerjaan yang tidak sesuai dengan posisi secara berulang-ulang. Pengelolaan kelelahan fisik dan dampak psikologis menjadi krusial,” kata Alwahono yang juga Managing Director PT Allsys Solutions itu.
Menurut dia, banyak dampak ergonomi yang perlu dikelola, namun seringkali kurang mendapat perhatian. Ergonomi bukan hanya regulasi tetapi juga kebutuhan spesifik yang harus diintegrasikan secara sistematik, holistik, interdisipliner, dan partisipatif.
Salah seorang narasumber yang hadir dalam kegiatan tersebut, Tarwaka, PGDip. Sc., M. Erg menegaskan bahwa pengelolaan ergonomi harus melibatkan semua pihak dalam suatu tim HSE (Health, Safety, and Environment).
“Pendekatan partisipatoris menjadi kunci dalam mendapatkan umpan balik dari pengguna dan pekerja untuk memastikan implementasi ergonomi yang efektif,” kata Tarwaka yang juga dikenal sebagai dosen, konsultan, dan penulis buku Ergonomi K3.
Terutama dalam desain ergonomic katanya, pengguna harus menjadi fokus utama. Pendekatan desain Human Centered, dengan memperhatikan kebutuhan dan umpan balik pengguna, menjadi langkah krusial dalam menciptakan alat, sarana, dan lingkungan kerja yang nyaman dan aman.
Ia juga menegaskan bahwa prinsip dasar implementasi ergonomi melibatkan aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan kerja, produktivitas, dan ekonomi yang baik. Penerapan ergonomi juga memerlukan informasi yang akurat untuk merancang alat, mesin, sistem, dan lingkungan kerja yang mendukung kinerja manusia secara produktif, aman, nyaman, dan efektif.
Sementara itu, Senior Hygienist Ergonomist dan PPE Spec. PT Vale Indonesia Tbk Sorowako Operational Site, Bonipasius Sulo, ST, MM, MT, HIU mengatakan bahwa pusat dari semua kegiatan ergonomi adalah pemberdayaan pekerja atau aspek manusiawi.
Terhadap keterbatasan kondisi, Sulo mengatakan bahwa pendekatan yang diterapkan di PT Vale Indonesia adalah dengan "fitting the man to the task" atau menyesuaikan manusia dengan tugas yang ada.
Pendekatan praktis yang diterapkan di PT Vale Indonesia menurutnya didasarkan pada metode yang mereka sebut sebagai Analisis Tuntutan Fisik (Physical Demand Analysis) dalam ranah ergonomi.
Hal tersebut mencakup evaluasi mendalam terhadap kebutuhan pekerjaan terkait kondisi fisik pekerja. Pertanyaan kunci melibatkan pemahaman mengenai apakah kondisi fisik dan karakteristik pekerja sesuai dengan tuntutan pekerjaan, memungkinkan mereka bekerja dengan efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.
Studi yang dilakukan kata Sulo, bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pekerja yang cocok dengan pekerjaannya, memastikan bahwa hasil dari analisis fisik ini menjadi pedoman dalam rekrutmen pekerja baru, serta dalam alokasi pekerjaan di dalam organisasi.
Informasi yang diperoleh dari Analisis Tuntutan Fisik dijadikan sebagai referensi dan patokan untuk menjamin bahwa pekerja yang direkrut dan diarahkan sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang diinginkan.
Oleh karena itu tambah Sulo, di PT Vale Indonesia, masalah Low Back Pain (LBP) telah menjadi perhatian serius. Dari evaluasi manajemen pada akhir 2021 diketahui bahwa peningkatan kasus LBP sejak tahun 2019 hingga 2022 rasionya semakin tinggi.
“Sebagai respons, perusahaan merencanakan studi mendalam untuk mengidentifikasi akar penyebab terkait pekerjaan dan faktor lain yang mungkin memicu kondisi tersebut,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa pihak perusahaan telah melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mengurangi risiko dan mengidentifikasi potensi bahaya ergonomi, menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan nyaman bagi para pekerja.