Bekerja di perusahaan pertambangan
merupakan mimpi bagi banyak orang. Bekerja di pertambangan memiliki risiko
kecelakaan kerja yang tinggi. Namun sejumlah tindakan telah dilakukan untuk
meningkatkan keselamatan para penambang dan memperbaiki lingkungan tempat
mereka bekerja. Tetapi, kecelakaan tidak bisa diprediksi dan bisa saja terjadi.
Pernah dengar kecelakaan tambang terburuk yang menewaskan 1.060 orang di salah satu tambang bawah tanah Prancis? Kejadian tersebut merupakan contoh nyata betapa tinggi nya potensi bahaya bagi seorang pekerja tambang bawah tanah. Kebakaran, banjir, runtuhan, kontaminasi atmosfer yang beracun, dan ledakan debu atau gas adalah bahaya paling kritis yang secara spesifik berkaitan dengan penambangan bawah tanah yang terbatas akan ruang.
Berikut lima bahaya yang terkait dengan tambang bawah tanah
1. Kebakaran
Kebakaran dan ledakan menjadi beberapa bahaya yang paling merusak dan berbahaya dalam industri pertambangan dan juga salah satu masalah keselamatan paling menantang yang dihadapi para penambang. Bahaya ini dapat terjadi kapan saja, baik itu di fasilitas yang aktif atau terbengkalai. Bahaya ini dapat bersumber dari pemanasan batubara secara spontan pada limbah atau batubara yang pecah di pinggir jalan pada lapisan yang berisiko tinggi, mesin dan peralatan listrik dan mekanik, bahan peledak dan detonator, dan pekerjaan panas seperti pembakaran, pengelasan, dan penggilingan.
2. Banjir
Kecelakaan penambangan Gleision Colliery yang terjadi pada tanggal 15 September 2011, merupakan contoh kecelakaan akibat banjir. Yaitu ketika tujuh penambang meledakkan sebuah bahan peledak, tambang mulai terisi air yang menyebabkan empat pekerja meninggal di bawah tanah. Beberapa alasan terjadinya banjir adalah ledakan yang disengaja, sehingga dapat menyebabkan masuknya air, dan juga infrastruktur pertambangan yang tidak layak sehingga mengakibatkan kebocoran.
3. Runtuhan
Badan bijih yang tidak stabil dapat mengakibatkan runtuhnya badan bijih pada area pertambangan. Hal ini dapat disebabkan oleh seismisitas/kegempaan yang diinduksi (misalnya penggunaan bahan peledak) sehingga menyebabkan terjadinya ketidakstabilan lereng. Hal ini terjadi pada 33 penambang yang terjebak di bawah tanah dari Agustus hingga Oktober 2010 di tambang Chili dekat kota Copiapo yang membanjiri tambang dan merusak struktur di permukaan.
4. Kontaminan atmosfer yang beracun
Keterbatasan ruang di bawah tanah menyebabkan kontaminan dari atmosfer yang beracun dapat saja terjadi, seperti debu, aerosol, asap diesel dan partikel dan asap dari peledakan, serta gas yang dilepaskan dari lapisan batuan itu sendiri.
5. Bahaya Terkait Peledakan
Dari kegiatan peledakan dapat menimbulkan
beberapa potensi bahaya seperti batu terbang, debu dan gas beracun (NO2, NO,
CO) yang berbahaya bagi sistem pernapasan, dan juga ledakan dini dari bahan
peledak itu sendiri.